Teladan Kisah Nabi Hud As, Lengkap dengan Biografi dan Silsilahnya
Nabi Hud merupakan salah satu rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan agama islam pada saat itu. Nabi Hud adalah Nabi ke-4 dari 25 nabi yang sudah Allah sebutkan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Biografi dan Silsilah Nabi Hud As
Di dalam Al-Qur’an tidak dinyatakan secara jelas mengenai silsilah Nabi Hud, namun menurut beberapa pendapat para ulama silsilahnya yaitu : Hud bin ‘Abdullah bin Rabah bin al Khulud bin ‘Aad bin ‘Aush bin Iram bin Sam/Sem bin Nuh bin Lamak bin Matusyalih bin Idrsi bin Yarid bin Mihlai bin Qinan bin Anusy bin Syits bin Adam as.
Nama Nabi Hud a.s dijadikan nama dalam sebuah surat di Al-Qur’an yaitu surat Hud, surat ke 11 pada Al-Qur’an. Namun, dalam surat tersebut tidak semuanya menceritakan tentang kisah Nabi Hud a.s, melainkan kisahnya hanya terdapat pada sebagian kecil dari keseluruhan surat yaitu sejumlah 11 ayat dari keseluruhan 123 ayat dalam surah Hud.
Menurut pendapat Ibnu Katsir dalam bukunya tentang “Kisah Para Nabi” menyebutkan bahwa Nabi Hud berasal dari keturunan bangsa Arab yakni keturunan dari suku ‘Aad. Dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa suku ‘Ad adalah penguasa di bumi pengganti kaum pada saat Nabi Nuh as. Pada masa itu, kaum ‘Ad membangun istana-istana dan benteng-benteng yang megah, serta banyak bangunan tinggi. Mereka mempunyai ciri fisik yang tinggi dan kuat, serta suka berperilaku bengis dalam menyiksa orang. Selain itu, kaum ‘Ad juga merupakan kamu yang patuh terhadap perintah para penguasa yang durhaka dan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nuh untuk menjadi rasul dan menyerukan tauhid kepada kaum ‘Aad.
Hal tersebut telah dijelaskan dengan firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al-A’raf ayat 65 sebagai berikut:
Artinya : “Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al A’raaf: 65)
Dakwah Nabi Hud Terhadap Kaum ‘Aad
Dalam bukunya, Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa kaum ‘Aad merupakan kaum pertama yang menyembah berhala setelah banjir besar yang terjadi pada zaman Nabi Nuh as. Nama berhala yang mereka sembah yaitu berhala Shamad, Shamud, dan Huran.
Setelah Allah SWT menurunkan adzab besar kepada kaum Nabi Nuh as berupa banjir bandang air bah, dan orang-orang beriman yang mengikuti jejak Nabi Nuh as di selamatkan oleh Allah SWT. Setelah peristiwa tersebut, kaum yang beriman tinggal menetap dan melanjutkan keturunan di suatu tempat yang bernama gunung Judd. Setelah keturunan anak cucu mereka lahir, mereka terpencar dan masing-masing terbentuk menjadi bersuku-suku. Salah satu suku tersebut yaitu suku ‘Aad yang tinggal di Al-Ahqaf (suatu wilayah di bukit berpasir Arab).
Kemampuan dan kekayaan yang dimiliki kaum ‘Aad membuat mereka lupa diri, tamak, dan semakin jauh dari Allah SWT. Mereka mempunyai kultur kehidupan yang tinggi seperti kemampuan untuk membangun bagunan yang megah dan indah pada saat itu. Selain itu, pada masa tersebut teknologi dapat berkembang sangat pesat dan kaum ‘Aad diberikan otak yang cerdas. Sehingga membuat mereka menjadi kaum yang kuat dan disegani oleh kaum lainnya.
Begitu banyak kenikmatan dan karunia yang telah Allah SWT berikan kepada kaum ‘Aad, tapi semua hal itu tidak menjadikan mereka beriman kepada Allah SWT. Justru mereka menyekutukan Allah SWT dengan menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri. Mereka percaya bahwa dengan berhala-berhala tersebut dapat memberikan kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Ketika Nabi Hud as mengajak kaum ‘Aad untuk beriman kepada Allah SWT dan mematuhi setiap perintah-Nya. Kaum ‘Aad malah mendustakan Nabi Hud as dan menganggap Nabi Hud as sebagai orang yang telah kekurangan akal sehat atau gila. Padahal Nabi Hud as juga menyampaikan bahwa Allah menjanjikan bermacam-macam kebaikan baik di dunia maupun di akhirat kepada hamba yang mengikuti ajaran-Nya.
Alasan lainnya kaum ‘Aad meragukan Nabi Hud as yaitu karena dia merupakan seorang manusia biasa dan tidak memiliki mukjizat yang dapat diperlihatkan. Sehingga kaum ‘Aad menantang agar Nabi Hud as segera mendatangkan azab yang dia ancamkan untuk mereka.
Meskipun Nabi Hud as mendapat banyak ejekan dan hinaan yang menyakitkan dalam kegiatan dahwah mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT, beliau tetap bersabar dan gigih dalam mendakwahkan agama Islam seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Idris as dan Nabi Nuh as.
Setelah puluhan tahun Nabi Hud as berdakwah dan hanya sebagian kecil saja yang ikut pada ajakannya. Hati kaumnya ternyata ingkar lagi dan menjadi durhaka menyembah berhala, karena mereka merupakan manusia yang sudah mati mata hatinya. Setiap nasihat yang keluar dari mulut Nabi Hud as, mereka membalasnya dengan tindakan hinaan dan tindakan yang zalim. Mereka teguh dengan pendiriannya yaitu hanya mengikuti hawa nafsu dan setan. Mereka selalu sombong dan membanggakan diri terhadap kekuatan yang mereka miliki. Padahal sudah di utus seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, namun mereka tetap ingkar kepada Allah SWT.
Azab yang Allah berikan Kepada Kaum ‘Aad
Semakin hari kaum ‘Aad semakin kafir sehingga membuat Allah SWT murka. Lalu, Allah SWT menurunkan awan hitam ke bumi dan disambut dengan suka cita oleh kaum ‘Aad. Akan tetapi, ternyata awan tersebut bukanlah awan penanda hujan, melainkan awan yang disertai angin kencang dengan membawa bencana besar.
Kaum ‘Aad memperoleh adzab sesuai dengan apa yang sudah diancamkan oleh Nabi Hud as. Nabi Hud as sendiri beserta pengikutnya yang beriman selamat dari adzab itu. Di dalam Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa kaum ‘Aad binasa oleh angin dingin yang sangat kencang dan berlangsung lama yaitu tujuh malam delapan hari. Kaum ‘Aad mati bergelimpangan, karena angin yang berhembus tersebut dapat menjadikan segala benda yang dilewatinya bagaikan serbuk.
Teladan yang Dapat diambil dari Kisah Nabi Huh as
Beberapa teladan yang dipetik dari kisah Nabi Hud as dalam melakukan dakwahnya kepada Kaum ‘Aad yaitu
- Walaupun kita memiliki tubuh yang sehat dan kuat, serta harta benda yang berlimpah, semua itu hanyalah titipan dari Allah SWT yang tidak akan kekal untuk kita, kita tidak pantas sombong akan hal itu.
- Kita tidak boleh memiliki sifat dan berlaku secara sewenang-wenang terhadap orang-orang yang lebih lemah dari pada kita
- Percayalah bahwa janji Allah SWT itu nyata dan pasti akan terjadi, Allah SWT memberi kebaikan bagi kaum yang taat dan adzab bagi kaum yang durhaka.
Kegigihan, Kesabaran, dan pengorbanan Nabi Hud as dalam menyerukan agama islam dapat kita contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.