Jibril Radio - Dalam kehidupan, setiap orang pasti mengalami pasang surut. Ada masa di mana segalanya terasa mudah dan menyenangkan, namun tak jarang pula kita dihadapkan pada cobaan yang membuat hati sempit dan langkah terasa berat. Di saat seperti itu, sering kali muncul rasa pesimis, putus asa, bahkan keinginan untuk menyerah. Padahal, Islam mengajarkan kita untuk selalu bersikap optimis, apapun keadaan kita.
Sebuah nasihat berharga datang dari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah, yang mengajak kita untuk senantiasa menjadi pribadi yang optimis. Nasihat ini bukan sekadar motivasi kosong, tapi berpijak kuat pada dalil-dalil syar’i dari Al-Qur’an dan hadits Rasulullah ï·º.
Optimisme dalam Islam: Sebuah Tuntunan, Bukan Sekadar Pilihan
Dalam sebuah kutipan beliau, Syaikh Al-‘Utsaimin berkata:
"Jadikanlah dirimu selalu dalam keadaan optimis! Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Namun, tetaplah engkau dalam keadaan bergembira dan senang. Dunia terbentang luas di depanmu dan jalannya terbuka. Hendaknya engkau selalu bersikap optimis dan berlapang dada! Inilah kebaikan. Adapun merasa pesimis dan tertekan serta seseorang menjadikan pikirannya pada segala sesuatu, maka dunia ini akan menjadi sempit baginya."
Ada dua hal penting yang bisa kita petik:
-
Optimisme adalah wujud tawakal kepada Allah. Kita percaya bahwa apa pun yang terjadi adalah ketetapan terbaik dari-Nya.
-
Pesimisme mempersempit dada, membuat kita mudah stres, cemas, dan menjauh dari jalan kebaikan.
Dalil-Dalil Tentang Optimisme
1. Al-Qur’an Mendorong Umat Islam untuk Tidak Putus Asa
Allah ï·» berfirman:
Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir.”
(QS. Yusuf: 87)
Ayat ini menegaskan bahwa pesimis, terutama dalam bentuk keputusasaan terhadap rahmat Allah, bukanlah sifat seorang mukmin.
2. Hadits Tentang Husnuzhan (Berbaik Sangka) kepada Allah
Rasulullah ï·º bersabda:
"Sesungguhnya Allah berfirman: Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia berprasangka baik, maka baginya kebaikan; dan jika dia berprasangka buruk, maka keburukan baginya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Optimis adalah bentuk nyata dari husnuzhan kepada Allah. Kita yakin bahwa setiap kesulitan pasti mengandung hikmah dan setiap badai pasti akan berlalu.
3. Rasulullah ï·º Selalu Menanamkan Harapan di Tengah Umatnya
Dalam banyak kisah perjuangan Nabi ï·º dan para sahabat, kita dapati bahwa mereka tetap optimis meskipun berada dalam kondisi sangat sulit. Salah satunya adalah ketika menggali parit dalam Perang Khandaq, Rasulullah ï·º mengatakan:
“Allahu Akbar! Aku diberi kabar gembira dengan pembebasan Syam, Persia, dan Yaman.”
(HR. Ahmad)
Padahal saat itu umat Islam sedang kelaparan dan dikepung musuh. Tapi justru di momen itulah Nabi menanamkan harapan besar.
Kenapa Optimis Itu Penting?
1. Optimisme Memberi Tenaga untuk Bangkit
Sikap optimis menjadikan seseorang tidak terkungkung dalam kegagalan. Ia akan terus mencoba, bertawakal, dan memperbaiki keadaan.
2. Optimisme Menular
Orang yang optimis dapat menjadi sumber semangat bagi orang lain. Senyum dan kata-katanya mampu menyuntikkan harapan di hati mereka yang hampir menyerah.
3. Optimisme Membuka Jalan Rezeki
Dengan hati lapang dan pikiran positif, kita akan lebih mudah melihat peluang daripada hambatan. Ini salah satu cara membuka pintu rezeki dan keberkahan.
Tips Jadi Pribadi Optimis
-
Perkuat iman dan ibadah. Optimisme lahir dari keyakinan bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya.
-
Pilih lingkungan yang positif. Bertemanlah dengan orang-orang yang membangkitkan semangat, bukan yang melemahkan.
-
Bersyukur dalam setiap keadaan. Dengan bersyukur, kita akan melihat sisi baik dari segala hal.
-
Fokus pada solusi, bukan masalah. Saat kita melihat dari sisi penyelesaian, masalah tak lagi menakutkan.
-
Baca kisah-kisah inspiratif. Terutama kisah para nabi, sahabat, dan orang-orang shalih.
Optimisme Adalah Cahaya di Tengah Gelapnya Ujian
Setiap kita pasti akan diuji, namun pilihan untuk bersikap tetap optimis adalah keputusan yang bisa membawa perubahan besar. Ingatlah pesan dari Syaikh al-‘Utsaimin: dunia ini terbentang luas, dan jalannya terbuka bagi siapa saja yang bersikap positif.
Allah ï·» tidak akan menyia-nyiakan usaha dan doa hamba-Nya. Maka, seberat apa pun langkah hari ini, tetaplah menjadi pribadi yang optimis. Karena sebagaimana janji Allah:
"Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(QS. Al-Insyirah: 6)
0 Komentar