Erdogan Desak Dunia tak Biarkan Krisis Suriah Berlanjut

REPUBLIKA.CO.ID, Komunitas internasional seharusnya tidak membiarkan krisis Suriah berlarut-larut selama 10 tahun lagi. Demikian disampaikan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa.

Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB ke-76, Recep Tayyip Erdogan mengatakan penderitaan rakyat Suriah telah berlangsung selama satu dekade penuh di hadapan mata dunia. “Kita perlu menunjukkan tekad yang lebih kuat untuk menemukan solusi politik atas masalah tersebut, berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254, dan solusi yang akan memenuhi harapan rakyat Suriah,” kata Erdogan.

Menurutnya, krisis yang berlangsung lama telah menyebabkan kematian ratusan ribu orang dan jutaan lainnya mengungsi sejak 2011.

Suriah dilanda perang saudara yang kejam sejak awal 2011, ketika rezim Assad menindak protes pro-demokrasi dengan keganasan yang tak terduga. Selama bertahun-tahun Turki telah bekerja untuk meringankan dan menyelesaikan krisis Suriah di berbagai platform, termasuk proses Astana dan negosiasi dengan Rusia, pendukung utama rezim Assad.

Erdogan mengatakan, Turki tidak hanya menerima hampir 4 juta warga Suriah – lebih banyak dari negara mana pun di dunia – tetapi juga mengirim pasukannya ke pertempuran melawan kelompok-kelompok teroris, kelompok-kelompok yang katanya “telah menenggelamkan wilayah itu dengan darah dan air mata.”

Memerangi kelompok teroris
Selain memerangi Daesh/ISIS, kehadiran militer Turki di wilayah perbatasan Suriah utara mencegah pembantaian dan pembersihan etnis oleh cabang kelompok teroris PKK – YPG/PKK. “Sebagai hasil dari upaya kami, dan mengorbankan para martir, kami dapat memastikan kembalinya secara sukarela 462.000 warga Suriah ke daerah yang kami amankan,” urai dia, merujuk pada operasi anti-teror lintas perbatasan Turki di utara Suriah yang membuat daerah itu aman bagi penduduk setempat.

“Dengan cara yang sama, berkat kehadiran kami di Idlib, kami menyelamatkan nyawa jutaan orang dan mencegah mereka mengungsi,” tutur dia, merujuk pada kesepakatan untuk zona de-eskalasi yang dicapai dengan Rusia.

Terkait ancaman teror di wilayah Suriah dekat Turki, Erdogan menegaskan bahwa membuat perbedaan antara organisasi teroris di wilayah tersebut dan menggunakannya sebagai subkontraktor tidak dapat diterima.

Turki telah lama memprotes dukungan terhadap teroris YPG/PKK oleh negara-negara Barat seperti AS dan Prancis, di mana pasukan AS bahkan mengklaim menggunakan teroris YPG/PKK untuk melawan kelompok teror Daesh/ISIS.

Dalam pidatonya, Erdogan mengatakan Turki juga menampung lebih dari satu juta migran dengan berbagai status. “Akibat perkembangan di Afghanistan, dalam beberapa hari terakhir kita juga dihadapkan pada kemungkinan masuknya migran dari negara ini,” sebut presiden.

“Turki tidak memiliki sarana atau kesabaran untuk menghadapi gelombang imigrasi baru,” kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa Turki “menyelamatkan martabat umat manusia dalam krisis Suriah.”

Selama puncak krisis migran, pada Maret 2016, Turki mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa. Kesepakatan ini membuat jumlah penyeberangan migran ke Eropa dan kematian tragis di laut turun anjlok. Turki menyelamatkan nyawa jutaan warga Suriah dan migran gelap serta memastikan tempat yang aman bagi mereka.

0 Komentar