Kisah Pengorbanan Nabi Ismail AS

Kisah Pengorbanan Nabi Ismail AS

Beragam kisah 25 Nabi sering kita dengarkan saat masih duduk di bangku sekolah ataupun saat berada di pengajian. Para Rasul yang mempunyai sifat-sifat terpuji patutnya kita contoh dalam kehidupan sehari-hari.                

Berkorban menjadi satu hal yang terkadang berat untuk dilakukan bagi siapapun, baik mengorbankan harta, waktu dan hal yang paling disayangi untuk kebaikan dan kepentingan bersama.

Sifat rela berkorban juga menunjukkan bahwa seseorang memiliki keberanian yang luar biasa dan mudah dalam berlapang dada untuk melepaskan apa yang berharga di dalam kehidupannya.

Pernahkah Anda mengorbankan sesuatu yang paling berharga dalam hidup Anda meski sudah menantikan untuk mendapatkannya selama ini demi kepentingan bersama? Apakah Anda ikhlas dalam merelakan hal tersebut?

Pada umumnya, mengorbankan sesuatu pasti akan terjadi dalam setiap kehidupan umat manusia, sama halnya seperti yang diceritakan kisah Nabi Ismail AS yang harus rela dikorbankan oleh seseorang yang ia sayangi dalam hidupnya. Bagaimanakah ceritanya?

Kelahiran Sang Anak

Nabi Ismail AS yang merupakan putra dari Nabi Ibrahim AS diutus menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah SWT yang ke-8.

Ismail merupakan anak nabi Ibrahim bersama Siti Hajar, sang istri. Kehidupan Ibrahim, Siti Hajar bersama dengan putra tersayangnya begitu berat, beragam cobaan dan ujian dari Allah menghampiri mereka.

Ketika Ismail lahir pun Allah perintahkan kedua orang tuanya untuk membawa ia keluar dari wilayah Palestina. Mereka bertiga melewati padang pasir luas yang begitu gersang bernama Lembah Bakkah.

Topik: 

Di lembah tersebut, Ibrahim membuatkan tempat berteduh dengan makanan dan minuman untuk mereka seadanya. Nabi Ibrahim kembali lagi ke Palestina dan tak henti-hentinya mendoakan Siti Hajar dan anaknya agar selalu dilindungi dalam keselamatan.

Setelah berhari-hari berada di area padang pasir, Siti Hajar mulai kehabisan perbekalan mereka. Ismail yang masih bayi pun menangis karena kehausan akan teriknya matahari di daerah itu.

Siti Hajar berlari tergopoh-gopoh ke sana ke mari mencarikan Ismail air. Siti Hajar berlarian di antara dua bukit yang kita ketahui bernama Shafa dan Marwah. Dan kisah Siti Hajar yang mencari air inilah menjadi awal mula rukun ibadah dalam berhaji, Sa’i yakni berlari-lari sebanyak tujuh kali antara Shafa dan Marwah.

Siti Hajar yang sudah kelelahan pun tiba-tiba mendengar suara yang memanggil dirinya untuk membawa Ismail segera ke tempat itu. Setibanya mereka, sang ibunda meletakkan Ismail kecil dan kemudian menghentak-hentakkan kakinya.

Ajaibnya, hentakan kaki Siti Hajar membuat sumber air yang jernih muncul, yang kita kenal dengan nama air Zam-zam.

Langsung saja Siti Hajar meminumkan air tersebut kepada Ismail. Sumber air itupun membuat Lembah Bakkah menjadi tempat yang ramai ditinggali oleh penduduk.

Ujian bagi Nabi Ibrahim dan Ismail

Kehidupan Ismail pun dibesarkan di Mekkah bersama dengan sang ibu. Nabi Ibrahim yang masih menetap di Palestina rutin mengunjungi mereka di Mekkah. Hingga Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim bercerita bahwa ia mendapatkan mimpi buruk.

Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih sang putra kesayangan.  Dengan perasaan sedih, Nabi Ibrahim menceritakan bahwa ia melihat dirinya sedang menyembelih  dirinya, ia pun kemudian meminta pendapat anaknya.

Ismail adalah seorang anak yang saleh dan berani pun menyanggupi permintaan Allah tersebut tanpa merasa takut.

Percakapan mereka dan keyakinan Nabi Ismail AS tersebut diceritakan dalam Q.S As-Saffat ayat 102.

Luar biasa, tanpa keraguan sedikitpun Ismail remaja langsung setuju, rela mengorbankan dirinya untuk menunjukkan ketaatan sang ayah terhadap Allah.

Setelah mendapat persetujuan dari Ismail, kemudian mereka pun pergi menuju Mina. Sesaat sampai di Mina, sang ayah bersiap-siap dengan mengasah pisaunya  agar tajam dan menutupi wajah anaknya agar tidak dapat melihat raut wajahnya saat disembelih.

Ayah dan anak tersebut saling berpasrah diri kepada Allah, mengikhlaskan apa yang akan terjadi sesudahnya.  Mereka sudah pasrah menerima ketentuan yang Allah berikan itu.

Ketika nabi Ibrahim sudah siap menyembelih Ismail, ia mendengar seruan Allah bahwa ia telah menjalani apa yang diperintahkan dan Allah memberikan balasan kepada mereka yang berbuat kebaikan.

Apa yang diperintahkan tersebut adalah ujian yang Allah turunkan untuk mereka.

Tak lama sang ayah mendengar seruan-Nya, Malaikat Jibril datang menghampirinya dan membawakan seekor kambing besar. Diletakannya kambing itu untuk menggantikan Ismail yang akan disembelih olehnya.

Dari peristiwa tersebut akhirnya turunlah seruan untuk berkurban sebagai kewajiban seorang Muslim bagi yang mampu saat Idul Adha tiba.

Kisah penyembelihan Nabi Ismail AS itupula memberikan penjelasan mengenai keutamaan, sejarah serta tata cara berkurban yang baik dan benar.

Perintah Allah untuk Nabi Ibrahim dan Ismail

Setelah Ismail yang mulai beranjak dewasa, ia dan ayahnya kembali mendapatkan seruan dari Allah yakni perintah membangun Ka’bah di dekat sumber air Zamzam. Mereka berdua pun mulai membangun Ka’bah.

Allah SWT mengajarkan mereka berdua cara beribadah di Baitullah, yang akhirnya menjadi ibadah haji yang terus dijalankan oleh seluruh umat Muslim hingga hari ini.

Menjadi Suri Tauladan bagi Umat Muslim

Teladan-teladan para Rasul yang dikisahkan memang terdengar begitu luar biasa. Bagaimana bisa mereka dapat dengan ikhlasnya mengorbankan sesuatu yang begitu berharga dalam hidupnya?

Bagaimana mungkin seorang manusia bisa sabar serta ikhlas dalam mendapatkan cobaan berat seperti itu?

Bagaimana bisa mereka sangatlah yakin dan rela untuk melakukan perintah yang Allah berikan tersebut? Allah benar-benar menguji keimanan, kesabaran setiap umatnya.

Nabi Ibrahim layak mendapatkan gelar Ululazmi karena kesabarannya yang luar biasa terhadap ujian yang Allah berikan saat itu. Kesabaran itulah yang pada akhirnya membuahkan peristiwa bagi umat Muslim.

Adapun Nabi Ismail AS sebagai gambaran sosok anak yang begitu berbakti kepada orang tua dan patuh kepada Allah. Sosok yang harus umat Muslim teladani dan diterapkan dalam kehidupan.

Kita pun wajib berbakti kepada kedua orang tua selagi mereka masih ada, karena mereka sudah merawat dan mencintai kita sejak lahir. Pahala yang akan  didapatkan kelak juga sangatlah besar.

Jika Anda mendapatkan suatu ujian dari Allah yang mana Anda harus rela mengorbankan sesuatu yang paling berharga, justru Anda haruslah berbahagia sebab itulah tanda bahwa Allah mencintai Anda sebagai umatnya.

Setiap umat Muslim akan mendapatkan cobaan dari Allah untuk melihat sejauh manakah keimanan kita, kesabaran, keikhlasan sebelum memperoleh balasan atas cobaan tersebut meski tak jarang kita ingin menyerah.

Allah SWT selalu menyebutkan janjinya yang sering kali disebut dalam ayat-ayat suci Al-Qur’an bahwa siapapun yang ikhlas, ridho, dan pasrah dalam menghadapi ujian Allah maka akan mendapatkan balasan yang luar biasa dan tak pernah kita duga sebelumnya.

Demikian salah satu kisah 25 Nabi yang dapat Anda jadikan pembelajaran dalam hal berbakti kepada kedua orang tua, iklas dalam menghadapi cobaan yang Allah SWT berikan kepada kita.

KUTIPAN AYAT AS-SAFFAT 102

“Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

0 Komentar