Jibril Radio - Bohong atau berdusta adalah perilaku yang secara umum dilarang dalam ajaran Islam. Kita semua tahu bahwa kejujuran adalah sifat dasar seorang muslim. Namun, muncul pertanyaan menarik: apakah ada kondisi di mana berdusta diperbolehkan dalam Islam?
Pertanyaan ini penting, karena bisa saja kita berada dalam situasi genting—seperti ingin menyelamatkan nyawa seseorang, mendamaikan dua orang yang berselisih, atau menjaga keharmonisan rumah tangga. Apakah dalam kondisi-kondisi seperti ini Islam membolehkan kita untuk tidak berkata jujur?
Yuk, kita bahas lebih dalam berdasarkan penjelasan Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA dan dalil dari Al-Qur’an serta hadits shahih.
Dusta Adalah Dosa Besar
Pertama-tama, kita harus paham bahwa dusta termasuk dosa besar dalam Islam. Dalam banyak hadits, Rasulullah ﷺ mengingatkan bahayanya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke sorga. Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah sifat bohong, karena kebohongan membawa kepada kejahatan dan kejahatan membawa ke neraka.Orang yang selalu berbohong dan mencari-cari kebohongan akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong” (HR. Muslim).
Hadits ini menjadi dasar bahwa berbohong bukan hal sepele. Bahkan, dalam Al-Qur’an, Allah menyebut bahwa dusta adalah ciri orang munafik:
“إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ
Artinya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Jadi, secara umum, dusta adalah perbuatan tercela dan berdosa, yang bisa menjauhkan seseorang dari surga.
Apakah Ada Pengecualian?
Nah, ini bagian yang sering membuat orang penasaran. Ternyata, ada tiga kondisi khusus yang dijelaskan dalam hadits shahih, di mana dusta diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah aku menganggap berdusta sebagai kebohongan dalam tiga hal: (1) dalam peperangan, (2) untuk mendamaikan antara manusia, dan (3) perkataan seorang suami kepada istrinya atau seorang istri kepada suaminya (demi menjaga keharmonisan rumah tangga).”
(HR. Muslim no. 2605)
Mari kita bahas satu per satu.
1. Dusta dalam Perang
Dalam situasi perang, menyampaikan informasi secara jujur bisa membahayakan pasukan muslim. Maka, dusta yang bersifat taktis demi kemenangan diperbolehkan.
Contohnya, menyebarkan strategi palsu agar musuh tertipu. Namun ini tidak berarti semua kebohongan dalam perang dibolehkan. Tujuannya harus murni untuk kebaikan umat Islam, bukan sekadar menipu tanpa maslahat.
2. Dusta untuk Mendamaikan Orang yang Bertikai
Kadang kita melihat dua saudara bertengkar dan saling menyimpan dendam. Di sinilah, Islam memberikan kelonggaran untuk mengatakan sesuatu yang bisa mendamaikan mereka, meskipun tidak sepenuhnya jujur.
Misalnya, mengatakan:
“Si Fulan sebenarnya nggak marah sama kamu kok, dia juga rindu ketemu kamu.”
Padahal, kenyataannya mungkin belum seperti itu. Tapi demi mencairkan suasana dan memulihkan hubungan silaturahmi, hal ini diperbolehkan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia, lalu ia berkata kebaikan atau menyampaikan kebaikan.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
3. Dusta dalam Rumah Tangga
Islam sangat menjaga keharmonisan rumah tangga, dan adakalanya diperlukan “dusta ringan” yang sifatnya romantis atau menenangkan.
Misalnya:
“Sayang, masakanmu hari ini paling enak sedunia!”
(Padahal agak keasinan… 😅)
Atau,
“Aku selalu merasa tenang kalau di samping kamu.”
(Walau sedang lelah dan banyak pikiran.)
Selama bukan dusta untuk menipu atau menyembunyikan keburukan besar, maka hal-hal seperti ini diperbolehkan sebagai bentuk kasih sayang dalam rumah tangga.
Catatan Penting: Jangan Disalahgunakan!
Meskipun ada kelonggaran, kita harus berhati-hati agar tidak menjadikan hadits ini sebagai pembenaran untuk berdusta secara bebas.
Dusta tetap haram jika dilakukan untuk menipu, mencurangi orang lain, menyakiti, atau mengelabui demi kepentingan pribadi.
Kelonggaran ini terbatas dan bersyarat, dan tidak boleh dilakukan berlebihan.
Meski Islam membolehkan dusta dalam tiga kondisi tadi, tetap saja kejujuran adalah jalan terbaik.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
(QS. Al-Ahzab: 70)
Kejujuran akan membawa kedamaian dan berkah dalam hidup. Bahkan ketika harus menyampaikan hal yang pahit, jika disampaikan dengan hikmah, hasilnya tetap baik.
Jadi, menjawab pertanyaan: Apakah ada dusta yang diperbolehkan dalam Islam? Jawabannya: Ya, ada. Tapi hanya dalam kondisi tertentu yang dibenarkan syariat, yaitu saat perang, mendamaikan orang yang bertikai, dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
Namun, jangan jadikan dalil ini sebagai pembelaan untuk dusta dalam kehidupan sehari-hari. Ingatlah bahwa Allah Maha Mengetahui apa yang kita ucapkan, bahkan yang kita sembunyikan di dalam hati.
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga kejujuran, dan tahu kapan harus berbicara, diam, atau menyampaikan kebenaran dengan cara yang bijak.
Video Kajian: Dusta Yang diperbolehkan
0 Komentar