Jibril Radio - Banyak orang memandang Islam dari sisi hukum dan ibadah ritual shalat, puasa, zakat, dan lainnya. Padahal, ada satu nilai yang justru menjadi fondasi utama dalam Islam yaitu kasih sayang (rahmat). Dalam sebuah hadits yang sangat masyhur, Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa rahmat adalah jalan untuk mendapatkan rahmat Allah. Tanpa rahmat dari-Nya, tidak satu pun dari kita bisa masuk surga, meskipun amal kita segunung Uhud.
Hadits ini dikenal dengan nama Hadits Musalsal bil Awwaliyah hadits yang secara tradisi diajarkan pertama kali oleh para ulama kepada muridnya. Isinya sangat sederhana tapi menggetarkan jiwa:
"Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang di langit akan menyayangi kalian."
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi. Dishahihkan oleh Al-Albani)
1. Kasih Sayang: Jalan Menuju Surga
Satu kalimat penting dari hadits ini yang harus selalu kita ingat adalah: "Orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman." Ini adalah balasan langsung dari Allah SWT atas sifat rahmat yang ditanamkan dalam diri seorang mukmin. Dalam Islam, ada kaidah yang berbunyi:
Al-Jazā’ min jinsil ‘amal – Balasan itu sesuai dengan jenis amalnya.
Artinya, jika kita ingin mendapatkan rahmat Allah, maka tanamkanlah rahmat itu terlebih dahulu kepada sesama makhluk. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Tidaklah seseorang masuk surga dengan amalnya."
Para sahabat bertanya, "Engkau juga tidak, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Aku juga tidak, kecuali Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadaku."
(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Allah di Atas Langit: Pemahaman Ahlus Sunnah
Dalam hadits tadi terdapat frasa: “Dzat yang di langit (man fis-samā’)”. Ini menjadi salah satu dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa Allah berada di atas ‘Arsy-Nya, bukan menyatu dalam makhluk seperti yang diyakini oleh sebagian golongan. Tentu saja, keyakinan ini disandarkan pada dalil-dalil tegas dari Al-Qur’an dan Sunnah.
"Ar-Rahman ‘alal ‘Arsy istawā" – "Allah Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘Arsy."
(QS. Thaha: 5)
Makna ini bukan untuk membatasi Allah dengan arah atau tempat, namun untuk menegaskan kemuliaan dan keagungan-Nya yang tidak disamakan dengan makhluk.
3. Luasnya Cakupan Kasih Sayang dalam Islam
Islam tidak mengenal kasih sayang yang sempit. Ia bukan hanya untuk sesama Muslim atau manusia saja, tapi mencakup semua makhluk, bahkan yang paling lemah sekalipun.
a. Kasih Sayang kepada Sesama Manusia
Rasulullah ﷺ adalah manusia paling penyayang. Beliau menyayangi keluarga, anak-anak, hingga orang yang memusuhinya. Dalam satu kisah, ketika penduduk Thaif melempari beliau dengan batu, malaikat penjaga gunung datang dan menawarkan untuk menghancurkan kota itu. Tapi beliau berkata:
"Jangan! Aku berharap dari keturunan mereka akan lahir orang-orang yang menyembah Allah."
(HR. Bukhari)
Subhanallah… itulah bentuk rahmat yang tulus tanpa syarat.
b. Kasih Sayang kepada Hewan
Jangan remehkan hewan, karena mereka pun bagian dari makhluk Allah yang harus kita perlakukan dengan baik. Nabi ﷺ menceritakan:
"Seorang pelacur diampuni oleh Allah karena memberi minum seekor anjing yang kehausan."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Sebaliknya, dalam hadits lain, Nabi juga menyebut seorang wanita yang disiksa di neraka karena mengurung kucing hingga mati kelaparan. Ini bukti bahwa rahmat bisa jadi pembuka surga, sementara kezaliman bisa jadi sebab neraka, bahkan jika kepada hewan sekalipun.
c. Etika Perang: Rahmat dalam Kondisi Ekstrem
Bahkan dalam kondisi perang sekalipun, Islam tetap mengajarkan kasih sayang. Rasulullah ﷺ melarang membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan pendeta. Tidak boleh merusak tempat ibadah atau membakar tanaman tanpa keperluan.
"Jangan kalian membunuh wanita, anak-anak, orang tua, dan jangan rusak bangunan atau pohon-pohon."
(HR. Abu Dawud)
Ini adalah bentuk rahmat dalam batas ekstrem kehidupan manusia.
4. Rahmat: Ciri Khas Orang Beriman
Dalam Al-Qur'an, Allah menyebut bahwa para sahabat Nabi ﷺ saling berkasih sayang:
"...Orang-orang yang bersamanya (Nabi) saling berkasih sayang di antara mereka."
(QS. Al-Fath: 29)
Ayat ini menegaskan bahwa rahmat adalah tanda iman yang hidup. Seorang Muslim yang benar-benar menghayati imannya akan lebih mudah memaafkan, membantu, dan mengasihi makhluk lain, tanpa memandang latar belakang.
5. Kasih Sayang Itu Ibadah
Rahmat bukan sekadar etika sosial, tapi ibadah yang bernilai tinggi. Makin banyak kita menebar kasih sayang, makin besar pula pahala dan rahmat Allah yang kita harapkan.
Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ini menjadi peringatan keras. Kalau kita ingin disayangi oleh Allah dan manusia, maka mulai dari kita sendiri. Jangan pelit memberi senyum, bantuan, atau kata-kata baik.
Waktunya Menebar Rahmat
Saudaraku, dalam hidup ini kita sering dihadapkan pada banyak pilihan: ingin dihormati atau menyombongkan diri? Ingin dipuji atau justru merendahkan orang lain? Tapi ingat, jalan paling aman dan penuh berkah adalah menjadi pribadi yang penyayang.
Senyum kepada sesama, menolong orang tua menyeberang jalan, menyayangi hewan, atau sekadar tidak membalas umpatan dengan umpatan semuanya adalah bentuk rahmat kecil yang berpotensi membawa kita ke rahmat terbesar dari Allah Ta'ala: masuk ke surga dengan penuh kemuliaan.
"Sayangilah makhluk yang ada di bumi, maka Dzat yang ada di langit akan menyayangi kalian."
Sungguh, Islam adalah agama rahmat. Mari kita buktikan bahwa kita bagian dari umat yang penuh kasih. Karena sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang melahirkan cinta, dan sebaik-baik ibadah adalah ibadah yang membawa rahmat.
Sumber: Ceramah Ustadz Firanda Andirja
https://www.youtube.com/watch?v=rR293CVrNz4&t=2001s
___________________________________________
https://www.jibrilradio.com/
https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com
0 Komentar