Jibril Radio - Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, tidak jarang kita mendengar ungkapan seperti "yang penting hatinya baik" atau "ambil saja yang baik dari semua agama." Sekilas terdengar bijak, tetapi jika ditelaah lebih dalam, sikap seperti ini berisiko menjauhkan kita dari makna Islam yang sebenarnya, yakni tunduk dan patuh secara total kepada Allah.
Dalam video kajian yang merujuk pada kitab Fadhlul Islam, Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. menjelaskan bahwa Islam bukanlah agama setengah hati. Islam mengajarkan totalitas dalam keyakinan, ibadah, muamalah, dan seluruh aspek kehidupan.
Islam: Agama yang Lengkap dan Menyeluruh
Allah Ta'ala berfirman:
"..Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu.."
(QS. Al-Ma'idah: 3)
Ayat ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari akidah, ibadah, sosial, politik, hingga akhlak. Bahkan, seorang Yahudi pernah berkata kepada sahabat Umar bin Khattab, "Andai ayat ini diturunkan kepada kami (Yahudi), pasti kami akan jadikan hari turunnya sebagai hari raya."
Masuk Islam Secara Kaffah: Perintah Langsung dari Allah
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan:
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian."
(QS. Al-Baqarah: 208)
Kata kaffah dalam ayat ini berarti menyeluruh, totalitas. Artinya, seorang Muslim tidak boleh hanya mengambil bagian tertentu dari Islam yang ia sukai, lalu meninggalkan bagian lainnya karena dianggap tidak sesuai dengan zamannya, atau terlalu berat.
Ustadz Firanda menjelaskan, ketika seseorang memilih dan memilah ajaran Islam seperti dalam katalog mengambil shalat tetapi menolak zakat, senang dengan puasa tapi enggan menutup aurat maka itu sama saja mengikuti langkah-langkah setan.
Bahaya Tidak Totalitas dalam Berislam
Ketika seseorang tidak berislam secara menyeluruh, ada beberapa bahaya besar yang mengintai:
1. Menolak Sebagian Syariat
Orang yang tidak total dalam berislam bisa dengan mudah berkata, "Itu kan hukum zaman dulu, sekarang udah beda." Padahal Allah berfirman:
"Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat." (QS. Al-Baqarah: 85)
Ayat ini turun untuk mencela orang-orang Bani Israil yang bersikap selektif terhadap hukum Allah.
2. Mengikuti Jejak Umat Sebelumnya
Nabi Muhammad ï·º bersabda:
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)
Ketika umat Islam tidak lagi memegang teguh syariat, maka mereka akan mengadopsi budaya dan praktik umat lain, bahkan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
3. Munculnya Bid’ah dan Perpecahan
Tidak berpegang pada ajaran murni Islam bisa melahirkan bid’ah dalam ibadah dan akidah. Imam Malik pernah berkata:
"Apa yang tidak menjadi bagian dari agama pada zaman Nabi, maka bukan pula bagian dari agama hari ini."
Dan Rasulullah ï·º telah memperingatkan:
"Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu."
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Ketika ditanya siapa golongan yang selamat itu, beliau menjawab: "Yang mengikuti aku dan para sahabatku."
Jalan Keselamatan: Kembali ke Al-Qur'an dan Sunnah
Totalitas dalam berislam artinya menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum dan pedoman hidup.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah."
(QS. Al-Hasyr: 7)
Dengan begitu, kita tidak perlu bingung atau bimbang dalam menentukan sikap. Kita tidak perlu mencari-cari kebenaran di luar Islam, karena Islam telah mencakup segala hal:
Cara bersuci,
Tata cara berpakaian,
Etika bertetangga,
Muamalah dan bisnis,
Hubungan suami istri,
Bahkan cara masuk WC pun diajarkan!
Tidak Ada Islam Modern vs Islam Kuno
Beberapa orang terjebak pada dikotomi palsu: Islam klasik vs Islam modern. Mereka berpikir bahwa ajaran Rasulullah ï·º hanya cocok untuk masyarakat padang pasir abad ke-7. Padahal, Islam adalah ajaran yang fleksibel namun tetap kokoh dalam prinsip.
Yang berubah hanyalah cara menyampaikannya, bukan esensi hukumnya. Itulah mengapa ijtihad dan fiqh dibutuhkan, tetapi bukan untuk mengganti hukum Allah, melainkan menjelaskan sesuai konteks zaman.
Teladan dari Para Sahabat
Para sahabat Nabi adalah contoh paling nyata bagaimana berislam secara total. Mereka tidak hanya shalat dan puasa, tetapi juga:
Siap berdakwah di jalan Allah,
Meninggalkan riba meskipun untung besar,
Berpakaian sesuai syariat,
Berlaku adil meski terhadap musuh,
Menjaga lisannya dari ghibah dan fitnah.
Inilah cerminan totalitas berislam yang seharusnya kita teladani.
Mulai dari Diri Sendiri
Berislam secara total bukan berarti harus langsung sempurna. Kita mulai dengan niat, lalu bertahap dalam memperbaiki diri:
Jika belum shalat lima waktu, mulai penuhi.
Jika masih membuka aurat, bertekad menutupnya.
Jika masih ikut-ikutan ritual yang tidak syar’i, tinggalkan perlahan.
Allah tidak menuntut kesempurnaan, tapi menuntut kesungguhan dan ketulusan.
"...Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri."
(QS. Al-Baqarah: 222)
Jangan Setengah-Setengah dalam Beragama
Totalitas dalam berislam adalah bentuk syukur atas nikmat iman. Jika kita mengaku sebagai Muslim, maka kita harus berusaha menjadikan seluruh aspek kehidupan kita sesuai dengan Islam. Jangan hanya Islam saat di masjid, tapi beda saat di tempat kerja. Jangan hanya Islam di media sosial, tapi kosong di dunia nyata.
Mari kita camkan baik-baik:
"Islam adalah agama yang mengatur seluruh hidup kita, bukan hanya mengisi waktu-waktu kosong di antara aktivitas duniawi."
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang berislam secara kaffah, yang istiqamah, dan selamat dunia akhirat. Aamiin.
Sumber: Ceramah Ustadz Firanda Andirja
https://www.youtube.com/watch?v=Dvc23gQx4Qc
___________________________________________
https://www.jibrilradio.com/
https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com
0 Komentar