Tradisi Jahiliyah dalam Kehidupan Modern

Tradisi Jahiliyah dalam Kehidupan Modern

Jibril Radio - Di tengah kemajuan zaman dan berkembangnya ilmu pengetahuan, masih banyak kebiasaan dari masa lalu yang tak kunjung ditinggalkan. Salah satunya adalah tradisi-tradisi jahiliyah, yaitu kebiasaan-kebiasaan buruk yang tumbuh di masa pra-Islam. Meskipun Islam telah datang dengan cahaya petunjuk, namun sebagian dari kita masih terjebak dalam pola pikir dan sikap jahiliyah yang merusak iman dan merusak hubungan sosial.

Dalam artikel ini, kita akan membahas tradisi jahiliyah yang masih eksis hingga hari ini berdasarkan video kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, lengkap dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan hadits. Yuk, simak baik-baik dan mari sama-sama introspeksi!

1. Membanggakan Kezholiman (Al-Baghyu)

Di zaman jahiliyah, membunuh, mencuri, atau menindas orang lain justru dianggap sebagai bentuk kemuliaan. Mirisnya, sikap seperti ini masih kita temui hari ini. Misalnya, seseorang yang merasa bangga karena berhasil menipu atau memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi.

Padahal, Allah sangat mencela ketidakadilan. Dalam khutbah perpisahan,

"Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam khutbahnya pada hari Idul Adha di Mina pada saat melaksanakan Haji Wada’: “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian dan kehormatan-kehormatan kalian, semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana haramnya hari ini pada bulan ini dan di negeri kalian ini. Ketahuilah, apakah sudah akuu sampaikan kepada kalian?” (Muttafaq ‘alaih)

Islam mengajarkan keadilan sebagai fondasi hidup. Kita tidak boleh membenarkan kezaliman hanya karena dilakukan oleh orang yang dekat atau satu kelompok dengan kita.

2. Kesombongan dan Kebanggaan yang Tidak Perlu

Rasulullah ï·º bersabda:

"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meskipun sebesar biji sawi." (HR. Muslim)

Zaman jahiliyah sangat akrab dengan budaya pamer dan membanggakan diri. Anehnya, hal ini tetap kita lihat di zaman sekarang, baik melalui media sosial maupun kehidupan sehari-hari. Membanggakan gelar, pencapaian, harta, bahkan amal ibadah.

Padahal, Islam mengajarkan kita untuk rendah hati (tawadhu'). Pencapaian boleh disyukuri, tapi tidak untuk disombongkan. Bahkan Nabi Muhammad ï·º, manusia paling mulia, justru sangat tawadhu’.

3. Bangga dengan Keturunan

Berapa banyak dari kita yang menganggap diri lebih hebat karena berasal dari keluarga terpandang atau keturunan tokoh agama? Ini juga merupakan sisa tradisi jahiliyah yang membanggakan nasab.

Dalam Al-Qur'an, Allah memberi pelajaran penting:

"Wahai Nuh, sesungguhnya dia bukan termasuk keluargamu (yang dijanjikan selamat), sesungguhnya (perbuatannya) adalah perbuatan yang tidak baik." (QS. Hud: 46)

Keturunan bukan jaminan keselamatan. Yang Allah nilai adalah iman dan amal seseorang.

4. Fanatisme Golongan (Ta’assub)

Fanatik terhadap kelompok atau organisasi hingga membenarkan kesalahan mereka adalah penyakit jahiliyah. Islam tidak melarang kita bergabung dalam kelompok, tapi ketika loyalitas itu melebihi kebenaran, maka itu sudah termasuk ta’assub.

Nabi ï·º bersabda:

"Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyeru kepada 'ashabiyah (fanatisme kelompok)..." (HR. Abu Dawud)

Mari kita letakkan loyalitas kita hanya kepada Al-Qur’an dan Sunnah, bukan kepada kelompok, organisasi, atau tokoh.

5. Menghukum Orang Lain Atas Dosa Orang Lain

Dalam masyarakat jahiliyah, seseorang bisa dihukum hanya karena keluarganya bersalah. Misalnya, dendam turun-temurun yang diwariskan tanpa kejelasan siapa pelaku sesungguhnya.

Islam datang membawa keadilan:

"..Dan seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.." (QS. Al-An’am: 164)

Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Tak boleh ada yang dihukum hanya karena kedekatan dengan pelaku kejahatan.

6. Menghina Orang dengan Menyerang Keluarga Mereka

Masih terkait dengan tradisi jahiliyah, banyak yang masih menggunakan celaan terhadap orang tua atau leluhur seseorang sebagai bentuk hinaan. Padahal ini bukan hanya tak beradab, tapi juga bertentangan dengan ajaran Islam.

Contoh indah datang dari kisah Abu Dzar dan Bilal. Ketika Abu Dzar mencela Bilal dengan menyebut asal-usulnya, Rasulullah ï·º menegur keras:

"Sesungguhnya kamu adalah orang yang masih memiliki sifat jahiliyah!" (HR. Bukhari dan Muslim)

7. Membanggakan Profesi dan Meremehkan Orang Lain

Tradisi jahiliyah menjunjung tinggi profesi tertentu, terutama yang menghasilkan banyak uang atau yang tampak bergengsi. Tapi dalam Islam, semua pekerjaan yang halal adalah mulia.

Rasulullah ï·º pernah bersabda:

"Tidak ada seorang pun yang memakan makanan yang lebih baik dari hasil kerja tangannya sendiri." (HR. Bukhari)

Jadi, apakah seseorang bertani, berdagang, mengajar, atau menjadi sopir, selama halal dan dilakukan dengan jujur, maka itu mulia.

8. Membanggakan Jabatan Agama

Kaum Quraisy dulu merasa paling mulia karena mereka penjaga Ka'bah. Namun kebanggaan itu membuat mereka menolak dakwah Nabi. Allah menegur sikap mereka dengan ayat:

"Apakah mereka yang membagi rahmat Tuhanmu?" (QS. Az-Zukhruf: 32)

Memiliki jabatan keagamaan bukan alasan untuk sombong. Justru itu amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan.

9. Mengagungkan Status Duniawi

Zaman jahiliyah meyakini bahwa hanya orang kaya yang layak menerima wahyu. Pemikiran ini terbantahkan oleh kenyataan bahwa Nabi Muhammad ï·º, seorang yatim piatu dan bukan orang kaya, justru menjadi utusan terakhir.

"Dan mereka berkata: 'Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada orang besar dari salah satu dua negeri ini?'" (QS. Az-Zukhruf: 31)

Islam menghapus pandangan sempit ini. Yang mulia di sisi Allah hanyalah mereka yang bertakwa.

"Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13)

Saatnya Kita Berubah

Tradisi jahiliyah bukan hanya soal masa lalu, tapi kebiasaan buruk yang masih kita pelihara dalam bentuk baru. Kita perlu menyadari dan melepaskan diri dari belenggu tersebut. Kesombongan, fanatisme, ketidakadilan, dan menghina sesama hanyalah penghalang bagi kesempurnaan iman kita.

Rasulullah ï·º diutus untuk menyempurnakan akhlak, bukan hanya memberi informasi. Maka, mari kita jaga hati, jaga lisan, dan jaga tindakan agar tak terjebak dalam tradisi jahiliyah modern. Semoga Allah senantiasa membimbing kita menuju akhlak yang luhur dan iman yang sempurna. Aamiin.

Penulis: Tim JibrilRadio.com
Sumber: Kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A
https://www.youtube.com/watch?v=wZUXu6JpoL8 

https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com 

0 Komentar