Pentingnya Kelemahlembutan dalam Islam: Belajar dari Rasulullah ﷺ

Pentingnya Kelemahlembutan dalam Islam

Jibril Radio - Kelemah lembutan (ar-rifq) adalah salah satu akhlak mulia yang menjadi ciri khas para nabi dan orang-orang beriman. Islam mengajarkan bahwa sifat ini bukan hanya sekadar sikap manis, tetapi juga kunci keberhasilan dalam berdakwah, membina keluarga, dan berinteraksi dengan siapa pun. Dalam kajian Ustadz Firanda Andirja yang membahas panjang lebar tentang Pentingnya Kelemahlembutan, kita belajar banyak hikmah dari dalil, kisah, dan kaidah fikih yang relevan untuk kehidupan sehari-hari.

Hakikat dan Keutamaan Sifat Lemah Lembut (Ar-Rifq)

Allah Mencintai Kelemahlembutan

Sifat dasar Allah adalah Maha Lembut (Ar-Rafiq), dan Dia mencintai kelemahlembutan dalam segala urusan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelemahlembutan dalam segala perkara."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, dalam setiap interaksi—baik urusan keluarga, pekerjaan, maupun dakwah—pendekatan utama yang dianjurkan adalah kelembutan, bukan kekerasan.

Keutamaan Sifat Lemah Lembut

Kelemahlembutan membawa kebaikan yang tidak akan diperoleh dengan kekasaran. Nabi ﷺ bersabda:

"Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu melainkan akan menghiasinya, dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk."
(HR. Muslim)

Sifat lembut membuat hati orang lain luluh, masalah jadi lebih ringan, dan keberkahan lebih mudah datang.

Kapan Boleh Bersikap Keras?

Meski lemah lembut adalah hukum asal, ada kondisi tertentu yang membolehkan sikap tegas atau keras misalnya ketika menegakkan kebenaran yang terancam atau menghadapi kedzaliman. Namun, itu adalah pengecualian, bukan kebiasaan.

Aplikasi dalam Kehidupan

Sikap lembut seharusnya kita terapkan kepada pasangan, anak, bawahan di tempat kerja, bahkan rekan sejawat. Lembut bukan berarti lemah, tapi tahu cara menyampaikan kebenaran dengan bijak.

Kisah Inspiratif: Arab Badui Kencing di Masjid

Peristiwa Terjadi

Suatu ketika, seorang Arab Badui yang belum paham adab masjid, kencing di sudut Masjid Nabawi. Para sahabat yang melihat sontak ingin menghentikannya.

Respon Nabi yang Penuh Kelembutan

Rasulullah ﷺ justru menahan para sahabat dan berkata: "Biarkan dia menyelesaikan hajatnya." Beliau memilih mudarat kecil (satu sudut najis) daripada mudarat besar (najis menyebar dan melukai orang tersebut). Setelah selesai, Nabi ﷺ hanya meminta seember air untuk menyiram bekasnya. Sederhana, efektif, dan penuh hikmah.

Rasulullah ﷺ menasihati para sahabat: "Kalian diutus untuk memberi kemudahan, bukan untuk mempersulit." Prinsip ini menjadi fondasi dalam berdakwah dan berinteraksi.

Dampak Kelemahlembutan

Saking terkesan, si Arab Badui berdoa: "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad saja." Meski doanya belum sempurna, itu menunjukkan betapa kelembutan bisa langsung menyentuh hati.

Fikih Kemudahan dalam Bersuci

Kaidah Fikih tentang Air

Dalam fikih, air yang banyak (dua kullah atau ±200 liter) tidak menjadi najis hanya karena terkena najis kecil, selama sifatnya (warna, bau, rasa) tidak berubah. Ini menunjukkan fleksibilitas syariat. Bersuci (thaharah) bertujuan menghilangkan najis. Cara menghilangkannya bisa dengan air, bahan kimia, atau bahkan sinar matahari, selama najisnya hilang.

Kemudahan di Era Modern

Prinsip ini memudahkan urusan bersuci di zaman modern, seperti mencuci pakaian najis dengan mesin cuci atau membersihkan najis dengan tisu basah.

Prinsip Dakwah dan Beragama

Mudahkan, Jangan Persulit

Dakwah yang benar memberikan kabar gembira dan kemudahan. Allah berfirman:

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu."
(QS. Al-Baqarah: 185)

Pendekatan yang mempersulit akan membuat orang menjauh dari agama.

Membedakan Kesulitan yang Terpuji dan Tercela

Kesulitan yang terpuji adalah yang melekat pada ibadah (misalnya lelahnya haji atau puasa). Sedangkan kesulitan yang dibuat-buat tanpa alasan syar’i tidak dianjurkan.

Pelajaran Penting yang Bisa Kita Ambil

  1. Kelembutan adalah sifat Allah yang harus kita teladani
    Gunakan kelembutan dalam semua urusan, dan simpan ketegasan hanya untuk kondisi yang benar-benar darurat.

  2. Dakwah harus memudahkan, bukan mempersulit
    Prinsip ini membuat orang merasa nyaman mendekat pada agama.

  3. Syariat Islam penuh kemudahan
    Termasuk dalam urusan bersuci, selama tujuan utama—menghilangkan najis—tercapai.

  4. Kelembutan mampu menyentuh hati
    Seperti kisah Arab Badui di masjid, kelembutan Nabi ﷺ mampu mengubah sikap seseorang.

Kelemahlembutan bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan yang dibalut dengan kebijaksanaan. Rasulullah ﷺ telah memberi teladan sempurna dalam hal ini. Beliau lembut dalam sikap, tapi tetap tegas dalam prinsip.

Semoga kita bisa meneladani kelembutan beliau dalam kehidupan sehari-hari, agar interaksi kita menjadi sumber kebaikan dan keberkahan.

"Barangsiapa yang terhalang dari sifat lembut, maka ia terhalang dari seluruh kebaikan."
(HR. Muslim)


Penulis: Tim JibrilRadio.com
Sumber: Kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A
https://www.youtube.com/watch?v=5qKRqE3nh7k

https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com 

0 Komentar