Al-Muhsinin: Golongan Mulia yang Dicintai Allah

Al Muhsinin

Jibril Radio - Setiap muslim tentu ingin meraih derajat mulia di sisi Allah. Namun, tahukah kita bahwa ada satu golongan yang berulang kali disebut dalam Al-Qur’an, lebih dari 30 kali, dengan sebutan al-muhsinin orang-orang yang berbuat ihsan?

Mereka bukan sekadar muslim biasa, bukan pula sekadar mukmin, tetapi mencapai tingkat tertinggi dalam beragama: ihsan. Derajat ini begitu istimewa, hingga menjadi pondasi kebahagiaan hakiki di dunia maupun di akhirat.

Dalam artikel ini, kita akan membahas siapa sebenarnya al-muhsinin yang bersumber dari kajian Ustadz Firanda Andirja, bagaimana ciri-cirinya, serta balasan agung yang Allah sediakan bagi mereka.

Maratibuddin: Derajat Agama dalam Islam

Dalam agama, ada tingkatan yang disebut maratibuddin:

  1. Islam – ketika seseorang tunduk dengan syariat lahiriah, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

  2. Iman – ketika ketaatan tidak hanya pada amalan lahiriah, tetapi juga mengakar dalam hati dengan keyakinan kepada rukun iman.

  3. Ihsan – tingkatan tertinggi, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.

Hal ini berdasarkan hadits Jibril yang masyhur, ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah ï·º tentang Islam, iman, dan ihsan. Nabi menjawab:

“Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihatmu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi, tidak semua muslim otomatis mukmin, dan tidak semua mukmin otomatis muhsin. Bahkan, Allah menegur orang Arab Badui dalam Al-Qur’an:

“Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS. Al-Hujurat: 14)

Ihsan dalam Ibadah: Merasa Diawasi Allah

Beribadah dengan ihsan berarti menghadirkan kesadaran penuh bahwa Allah selalu melihat kita. Inilah yang membuat seorang hamba bisa menjaga keikhlasan dan kekhusyukan.

Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan, pondasi kebahagiaan dibangun di atas dua hal:

  1. Ikhlas kepada Allah.

  2. Ihsan kepada sesama manusia.

Rasulullah ï·º menjelaskan dua tingkatan dalam ihsan:

  1. Beribadah seakan-akan melihat Allah – derajat tertinggi yang sangat sulit dicapai di dunia. Nabi Musa Alaihissalam pun pingsan ketika Allah menampakkan cahaya-Nya kepada gunung (QS. Al-A’raf: 143).

  2. Meyakini bahwa Allah melihat kita – tingkatan ini lebih mudah diwujudkan, namun tetap membutuhkan latihan dan kesungguhan.

Keutamaan Ihsan dalam Ibadah

  • Allah menjanjikan surga dan tambahan berupa melihat wajah-Nya.

“Bagi orang-orang yang berbuat baik (ada pahala) yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah). Wajah-wajah mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula diliputi) kehinaan. Mereka itulah para penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Yunus: 26)

  • Allah menyaksikan setiap amal ibadah kita.

“Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan..”
(QS. Al-Baqarah: 271)

“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang, Yang melihat engkau ketika engkau berdiri (untuk shalat).”
(QS. Asy-Syu’ara: 217–219)

Ihsan dalam Muamalah: Kebaikan kepada Sesama

Ihsan bukan hanya dalam ibadah kepada Allah, tetapi juga dalam muamalah dengan manusia bahkan makhluk hidup lainnya.

Allah berfirman:

  • “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
    (QS. Al-Qasas: 77)

  • “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS. An-Nahl: 90)

Rasulullah ï·º juga bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan dalam segala sesuatu.”
(HR. Muslim)

Contoh Ihsan dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Ihsan kepada orang tua – Allah memerintahkan:

    “Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
    (QS. Al-Isra’: 23)

  2. Ihsan kepada kerabat, anak yatim, dan orang miskin

    “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)

  3. Ihsan kepada orang lemah dan bawahan – Bahkan beliau Rasulullah ï·º menegaskan bahwa para pembantu adalah saudara yang harus diperlakukan dengan baik.

  4. Ihsan dalam pekerjaan dan amal – Allah mencintai jika seorang hamba menyempurnakan amalnya. Baik dalam ibadah, pekerjaan rumah, maupun tugas profesional.

  5. Ihsan dalam perkataan – Allah memerintahkan:

    “Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.”
    (QS. Al-Isra’: 53)

  6. Ihsan dalam berdakwah – Allah berfirman:

    “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”
    (QS. An-Nahl: 125)

Keutamaan dan Balasan bagi Al-Muhsinin

Allah menjanjikan banyak balasan indah bagi orang-orang yang berbuat ihsan, baik di dunia maupun di akhirat.

  1. Puncak kenikmatan surga: melihat wajah Allah
    Rasulullah ï·º berdoa:

    “Aku mohon kepada-Mu kelezatan memandang wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu.”
    (HR. An-Nasa’i, Ahmad)

  2. Dekat dengan rahmat Allah

    “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”
    (QS. Al-A’raf: 56)

  3. Diberi ilmu dan hikmah

    “Ketika dia telah cukup dewasa, Kami berikan kepadanya kearifan dan ilmu. Demikianlah, Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (muhsinin).”
    (QS. Yusuf: 22)

  4. Dibalas dengan kebaikan yang lebih baik

    “Bukankah balasan kebaikan itu hanyalah kebaikan (pula)?”
    (QS. Ar-Rahman: 60)

  5. Dikaruniai keturunan yang saleh

    “Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (muhsinin).”
    (QS. Al-An’am: 84)

  6. Ditemani Allah

    “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebajikan.”
    (QS. An-Nahl: 128)

  7. Ditambah kebaikannya

    “Mereka berkata, “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh, Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami. Siapa yang bertakwa dan bersabar, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang muhsin.””
    (QS. Yusuf: 90)

Ihsan bukanlah teori semata, tetapi harus menjadi kebiasaan hidup. Seorang muhsin bukan hanya baik saat shalat, tetapi juga baik saat berinteraksi dengan keluarga, tetangga, bahkan makhluk lain.

Menjadi muhsin berarti hidup dengan penuh kesadaran bahwa Allah selalu melihat. Inilah yang melahirkan ketulusan, kerendahan hati, dan kebaikan yang konsisten.

Semoga kita bisa termasuk dalam golongan al-muhsinin yang dicintai Allah, yang diberi surga, dan kelak dimuliakan dengan kenikmatan tertinggi: memandang wajah Allah ï·».


-----------------------------------------------------------------------
Penulis: Tim JibrilRadio.com

Sumber: Kajian Ustadz Firanda Andirja
http://www.youtube.com/watch?v=wVVc2NABJQM

https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com 


0 Komentar