Perjalanan Menuju Pulang: Mengingat Hakikat Hidup di Dunia

Perjalanan Menuju Pulang: Mengingat Hakikat Hidup di Dunia

Jibril Radio - Pernahkah kita merenung, sebenarnya kita ini sedang ke mana? Hidup di dunia ini sering terasa panjang, penuh kesibukan, rutinitas, bahkan ambisi. Namun, kalau kita berhenti sejenak dan merenungkannya, ternyata dunia hanyalah persinggahan sementara. Kita sebenarnya sedang menempuh perjalanan panjang menuju kampung halaman sejati: akhirat.

Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A., dalam kajiannya Perjalanan Menuju Pulang di channel youtubenya, mengingatkan kita semua tentang hakikat hidup ini. Beliau menggambarkan dunia sebagai sebuah terminal singkat, tempat kita sekadar menunggu sebelum benar-benar pulang. Artikel ini akan mengupas pelajaran penting dari kajian tersebut: mulai dari kisah Nabi Adam, makna dunia sebagai tempat singgah, hingga bagaimana kita seharusnya mempersiapkan bekal takwa untuk perjalanan yang panjang.

Asal Usul Manusia: Dari Surga Menuju Dunia

Kisah manusia bermula ketika Allah menciptakan Nabi Adam عليه السلام dan menempatkannya di surga. Adam dan Hawa menikmati kehidupan penuh kenikmatan di sana, hingga akhirnya Allah menurunkan mereka ke bumi.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Turunlah kamu semua dari surga itu! Sebagian dari kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”
(QS. Al-Baqarah: 36)

Ayat ini menegaskan bahwa dunia bukanlah kampung halaman kita yang sebenarnya. Dunia hanyalah tempat sementara. Kampung halaman sejati kita adalah surga, dan semua perjalanan manusia akhirnya bermuara ke sana—atau sebaliknya, naudzubillah, ke neraka jika kita tidak menjaga diri.

Dunia: Persinggahan yang Sangat Singkat

Umur Manusia yang Terbatas

Kalau dibandingkan dengan alam setelah kematian, kehidupan dunia sungguh sebentar. Rasulullah ï·º bersabda:

“Umur umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, dan sedikit sekali yang melampaui itu.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Dibandingkan dengan Akhirat

Bandingkan dengan alam barzakh yang bisa berlangsung ribuan tahun, atau hari kiamat yang Allah sebut panjangnya lima puluh ribu tahun (QS. Al-Ma’arij: 4). Jelas sekali bahwa dunia ini hanya sekelebat, namun seringkali kita begitu sibuk mengejar dunia seolah-olah akan tinggal selamanya.

Bekal Terbaik: Ketakwaan

Kalau kita mau melakukan perjalanan jauh, pasti yang pertama kita pikirkan adalah bekal. Begitu juga perjalanan menuju akhirat, bekal paling utama adalah takwa.

Allah berfirman:

“...Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al-Baqarah: 197)

Seperti halnya orang berhaji mempersiapkan makanan, minuman, dan kebutuhan perjalanan menuju Ka’bah, kita juga perlu menyiapkan takwa sebagai bekal menuju surga. Takwa inilah yang menjadi “visa” kita untuk bisa sampai dengan selamat ke kampung halaman sejati.

Hakikat Dunia Menurut Al-Qur’an

Allah dalam banyak ayat menggambarkan dunia dengan perumpamaan yang jelas.

Dunia Adalah Permainan dan Senda Gurau

“Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
(QS. Al-An’am: 32)

Dunia Ibarat Bunga yang Cepat Layu

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, hiburan, perhiasan, saling berbangga di antara kalian, dan berlomba dalam harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian menjadi kering dan kamu melihatnya kuning lalu hancur berantakan.”
(QS. Al-Hadid: 20)

Dunia memang indah, menggoda, dan menyenangkan. Tapi semuanya cepat sekali layu. Rumah mewah, harta, jabatan, semua akan ditinggalkan. Yang tersisa hanyalah amal yang kita bawa menghadap Allah.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Adam: Surga Adalah Kampung Halaman

Dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim, diceritakan dialog antara Nabi Musa dan Nabi Adam. Musa menyalahkan Adam karena menyebabkan manusia turun dari surga. Namun Adam menjawab, semua itu sudah ditetapkan Allah sebelum ia diciptakan. Rasulullah ï·º bersabda:

“Maka Adam mengalahkan Musa dalam perdebatan itu.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kisah ini menegaskan bahwa surga adalah kampung halaman sejati. Dunia hanyalah tempat singgah. Kita datang dari surga, dan insyaAllah dengan rahmat Allah kita akan kembali ke sana.

Teladan Rasulullah ï·º dalam Menyikapi Dunia

Rasulullah ï·º hidup dengan penuh kesederhanaan, padahal beliau bisa hidup bergelimang harta jika mau. Beliau memilih zuhud dari dunia karena tahu dunia hanyalah tempat persinggahan.

Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah ï·º bersabda:

“Apa urusanku dengan dunia? Aku hanyalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, lalu beristirahat sejenak, kemudian meninggalkannya.”

Inilah teladan terbaik. Dunia bukan tujuan, melainkan tempat transit sebelum kita melanjutkan perjalanan panjang menuju akhirat.

Alam Barzakh, Padang Mahsyar, dan Shirath

Setelah dunia berakhir, perjalanan kita masih sangat panjang.

1. Alam Barzakh

Setiap orang akan menunggu hingga hari kiamat tiba. Ada yang menikmati nikmat kubur, ada yang disiksa.

Rasulullah ï·º bersabda:

“Kubur itu adalah taman dari taman-taman surga atau lubang dari lubang-lubang neraka.”
(HR. Tirmidzi)

2. Padang Mahsyar

Semua manusia akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang, tidak beralas kaki, dan belum disunat. Panasnya matahari sangat dekat, manusia akan tenggelam dalam keringat sesuai kadar dosanya.

3. Shirath

Sebuah jembatan di atas neraka yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Orang-orang beriman akan melewatinya dengan cepat, sementara yang lain akan terjatuh.

Jangan Terlena dengan Dunia yang Fana

Kajian ini mengingatkan kita semua untuk tidak terlena dengan gemerlap dunia. Allah memperingatkan dalam Al-Qur’an:

“Janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Munafiqun: 9)

Waktu kita di dunia sangat singkat. Jangan sampai kita terjebak dalam tipu daya dunia sehingga lupa menyiapkan bekal untuk akhirat.

Hidup ini adalah perjalanan menuju pulang. Kita berasal dari surga, diturunkan ke dunia sebagai tempat ujian, dan akan kembali ke kampung halaman sejati di akhirat. Dunia hanyalah persinggahan sementara, sementara perjalanan setelah mati masih panjang.

Oleh karena itu, mari kita siapkan bekal terbaik berupa takwa, meneladani Rasulullah ï·º dalam kesederhanaan, dan selalu mengingat bahwa dunia hanyalah tempat numpang lewat.

Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang kembali ke kampung halaman sejati: surga-Nya yang penuh kenikmatan abadi.


-----------------------------------------------------------------------
Penulis: Tim JibrilRadio.com

Sumber: Kajian Ustadz Firanda Andirja
https://www.youtube.com/watch?v=P5OLJbJFH1s

https://www.youtube.com/@JibrilRadio
Yuk Support Operational Jibril Radio: BSI 717 925 7437
Konfirmasi: Email: jibrilradio@gmail.com 

0 Komentar