Jibril Radio - Setiap manusia yang beriman pasti tahu bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara. Namun, sering kali hati kita lalai, terlena oleh gemerlap dunia yang fana. Dalam kajian tematiknya, Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. menegaskan bahwa nilai akhirat jauh lebih besar daripada dunia dan seisinya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dua rakaat shalat sunnah sebelum Subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
(HR. Muslim, no. 725)
Hadits ini seolah mengguncang hati kita: betapa kecilnya nilai dunia dibandingkan dengan amal yang ikhlas karena Allah. Dunia yang kita kejar mati-matian, jabatan, harta, dan validasi kepada orang lain tak ada nilainya dibanding dua rakaat yang dikerjakan dengan keikhlasan.
Dunia Tidak Punya Masa Depan
Ustadz Syafiq menjelaskan bahwa dunia tidak memiliki masa depan yang sejati, karena setiap manusia akan meninggalkannya. Tak ada satu pun makhluk yang kekal. Bahkan para pemimpin besar, orang-orang sukses, dan raja-raja dunia pun pasti mati.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini menjadi peringatan keras agar kita tidak tertipu oleh dunia. Dunia bukan tempat menetap, tapi tempat menanam amal. Yang kekal adalah akhirat, tempat di mana hasil dari semua amal akan tampak nyata.
Muhasabah Diri, Hitung Sebelum Dihitung
Salah satu pesan penting dalam kajian ini adalah pentingnya melakukan muhasabah (evaluasi diri). Setiap malam, sebelum tidur, hendaknya kita bertanya:
-
Sudahkah hari ini aku shalat tepat waktu?
-
Sudahkah aku menahan diri dari dosa?
-
Sudahkah aku membantu orang lain atau bersedekah?
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah.”
(HR. Tirmidzi, no. 2459)
Dengan muhasabah, kita belajar jujur pada diri sendiri. Amal baik kita hitung, amal buruk kita sesali dan perbaiki.
Ustadz Syafiq juga menyinggung tentang sedekah, yang nilainya dihitung berdasarkan persentase harta yang dimiliki. Bukan nominal besar yang Allah lihat, tetapi keikhlasan dan pengorbanan di baliknya.
Takwa: Bekal Terbaik Menuju Akhirat
Dalam setiap perjalanan, bekal adalah hal utama. Begitu pula perjalanan menuju akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
“... Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku, wahai orang-orang yang berakal.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Takwa mencakup segala ketaatan kepada Allah dengan penuh cinta, rasa takut, dan harap. Ia bukan sekadar takut kepada neraka, tetapi juga rasa malu karena belum maksimal mencintai dan menaati Rabb kita.
Ustadz Syafiq mengingatkan: Allah Maha Mengetahui setiap amal kita, sekecil apa pun. Bahkan lintasan hati yang tak terlihat manusia, Allah mengetahuinya.
Empat Pertanyaan Besar di Hari Kiamat
Salah satu bagian yang paling menggugah dalam kajian ini adalah saat beliau menjelaskan empat pertanyaan utama yang akan ditanyakan pada hari kiamat.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat hal: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana didapat dan ke mana dibelanjakan, serta tentang ilmunya untuk apa diamalkan.”
(HR. Tirmidzi, no. 2417)
Empat pertanyaan ini mencakup seluruh sisi kehidupan manusia. Mari kita renungkan satu per satu:
1. Umur: Digunakan untuk Apa?
Setiap detik umur adalah karunia, namun juga tanggung jawab. Banyak orang membuang waktu untuk hal yang tak berguna, padahal waktu adalah aset paling berharga.
2. Masa Muda: Dipakai untuk Apa?
Masa muda adalah masa emas, energi besar untuk beramal shalih. Sayangnya, banyak yang menyia-nyiakan dengan kesenangan dunia.
3. Ilmu: Diamalkan atau Tidak?
Ilmu tanpa amal adalah bumerang. Setiap ilmu yang tidak diamalkan akan menjadi hujjah (bukti) yang memberatkan di akhirat.
4. Harta: Dari Mana dan ke Mana?
Dua sisi penting: cara mendapatkannya (halal atau haram) dan cara membelanjakannya (bermanfaat atau sia-sia).
Empat pertanyaan ini bukan untuk dihafal, tetapi untuk direnungkan setiap hari agar hidup lebih bermakna dan terarah.
Shalat, Istighfar, dan Istiqamah
Dalam kajian ini, Ustadz Syafiq juga menjelaskan bahwa shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab di hari kiamat. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan pertama yang akan dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya; jika shalatnya rusak, maka rusak pula seluruh amalnya.”
(HR. Tirmidzi, no. 413)
Oleh karena itu, kita harus memperbaiki kualitas shalat, bukan hanya kuantitasnya. Beliau memberi beberapa kiat untuk meraih kekhusyukan, antara lain:
-
Memahami makna bacaan dalam shalat
-
Mengingat kebesaran Allah
-
Tidak terburu-buru
-
Menjauhkan pikiran dari urusan dunia saat shalat
Selain itu, istighfar juga menjadi kunci penting. Dosa-dosa kecil yang kita biarkan tanpa istighfar bisa menjadi penghalang turunnya rahmat Allah. Nabi ﷺ bahkan beristighfar lebih dari 70 kali setiap hari (HR. Bukhari, no. 6307).
Dan untuk bisa istiqamah, Ustadz Syafiq menekankan empat hal penting:
-
Perbanyak doa – terutama doa "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda, apa yang aku ketahui maupun tidak aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang aku ketahui maupun yang tidak aku ketahui. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan aku memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku." (HR. Ibnu Majah, no. 3846 dan Ahmad, 6:133. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
-
Perbanyak membaca Al-Qur’an – agar hati selalu lembut dan terhubung dengan Allah.
-
Berdzikir – menjaga hati agar tetap hidup dan tenang.
-
Pilih teman shalih – karena lingkungan sangat memengaruhi istiqamah seseorang.
Dunia Hanya Sekali, Gunakan Sebaiknya
Hidup di dunia hanya sekali. Tidak ada kesempatan kedua setelah ajal datang. Maka gunakanlah waktu yang ada untuk menanam amal kebaikan sebanyak mungkin.
Allah berfirman:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang bertakwa.”
(QS. Ali Imran: 133)
Siapkan Bekal Sebelum Terlambat
Kajian ini menjadi pengingat lembut sekaligus peringatan keras: hidup ini sementara, dan akhirat adalah selamanya.
Ustadz Syafiq menutup dengan pesan yang sangat dalam:
“Kita bisa menyesal di dunia karena kehilangan kesempatan, tapi jangan sampai menyesal di akhirat karena kehilangan surga.”
Maka, mari kita siapkan bekal terbaik: takwa, amal shalih, dan hati yang selalu ingat kepada Allah.
0 Komentar