Jangan Siapkan Musuh di Akhirat: Refleksi dari Perkataan Imam Al-Bukhari

 


Jibril Radio - Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali abai terhadap dampak dari tindakan dan perkataan yang kita lakukan terhadap orang lain. "Jangan Siapkan Musuh di Akhirat" mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati. Pesan ini semakin bermakna ketika dikaitkan dengan ucapan Imam Al-Bukhari rahimahullah, sebagaimana yang tercatat dalam Al-Bidayah wan Nihayah (11/32):

"Sungguh saya sangat berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun yang menuntutku bahwa aku pernah mengghibahinya."

Makna Ghibah dan Akibatnya

Ghibah, yang berarti membicarakan keburukan seseorang di belakangnya, adalah salah satu dosa besar dalam Islam. Dalam Al-Qur'an, Allah Ta’ala menggambarkan ghibah dengan perumpamaan yang sangat mengerikan:

"...Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik." (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini menunjukkan betapa buruknya dosa ghibah di mata Allah. Selain itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

"Tahukah kalian apa itu ghibah?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Yaitu engkau menyebutkan tentang saudaramu sesuatu yang ia benci." (HR. Muslim)

Dosa ini tidak hanya berpotensi merusak hubungan di dunia, tetapi juga memberikan dampak besar di akhirat. Orang yang mengghibah akan dimintai pertanggungjawaban oleh mereka yang telah dirugikan. Ini berarti, alih-alih mempersiapkan pahala untuk akhirat, seseorang justru menumpuk "musuh" yang akan menuntut balasan atas perbuatannya.

Menghindari Musuh di Akhirat

Ucapan Imam Al-Bukhari mengandung pelajaran yang sangat dalam. Beliau, seorang ulama besar yang dikenal karena ketakwaan dan integritasnya, tetap khawatir akan kemungkinan ada pihak yang merasa dirugikan oleh dirinya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan dengan sesama manusia.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari dosa lisan dan menjaga agar tidak memiliki musuh di akhirat:

  1. Menjaga Lisan dari Perkataan Buruk Sebelum berbicara, pikirkan apakah ucapan tersebut akan melukai perasaan orang lain. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

    "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

  2. Memohon Maaf kepada Orang yang Pernah Disakiti Jika kita merasa pernah menyakiti seseorang, baik dengan ucapan maupun tindakan, segeralah meminta maaf. Memperbaiki hubungan di dunia akan meringankan beban di akhirat.

  3. Menghindari Pembicaraan yang Tidak Perlu Terlibat dalam pembicaraan yang sia-sia sering kali menjadi pintu masuk untuk ghibah atau perbuatan lisan lainnya. Mengurangi waktu untuk pembicaraan yang tidak bermanfaat akan membantu menjaga hati dan amal.

  4. Banyak Berdzikir dan Beristighfar Mengisi lisan dengan dzikir kepada Allah dapat mencegah kita dari perkataan yang buruk. Selain itu, memperbanyak istighfar memohon ampunan atas dosa yang telah dilakukan adalah bentuk taubat yang dianjurkan.

Pesan Moral: Berhati-Hati dalam Bertindak dan Berkata

Perkataan dan tindakan kita terhadap orang lain akan menentukan bagaimana kita akan dihadapkan pada Allah di hari akhir. Imam Al-Bukhari, dengan segala kebaikan dan kontribusinya terhadap ilmu agama, tetap menekankan pentingnya menjaga agar tidak ada seorang pun yang merasa dirugikan oleh dirinya.

Kita tentu harus belajar dari sikap ini. Hindari menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Ingatlah bahwa musuh di dunia mungkin bisa dilupakan, tetapi musuh di akhirat akan menuntut keadilan di hadapan Allah. Jangan sampai amal kebaikan kita habis hanya karena kelalaian menjaga lisan.

Penutup

Semoga pesan dari Imam Al-Bukhari ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berhati-hati dalam bertindak dan berbicara. Jadikan setiap interaksi dengan orang lain sebagai ladang pahala, bukan sumber dosa. Dengan demikian, kita berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan bersih, tanpa ada tuntutan dari sesama makhluk. Wallahu a’lam.

0 Komentar